Jumat, 17 Mei 2013

MENGENAL MAKNA ATAU MAKSUD DARI GURINDAM 12










Gurindam secara sederhana memiliki arti sebagai sebuah puisi. Gurindam 12 adalah sekumpulan syair yang diciptakan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Adapun beliau adalah seorang sastrawan di Kepulauan Riau pada masanya dan diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

Mengenai sebab-sebab Raja Ali Haji menciptakan gurindam adalah sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Puteri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyengat. Mas kawin ini dipahatkan di batu marmer sebagai bukti rasa cintanya.

Dalam kata-kata yang termaktub di gurindam tersebut sangat kental sekali nuansa keislaman, dikarenakan gurindam tersebut memang berisi wejangan maupun nasehat yang sangat berguna dan bersifat universal bagi masyarakat, khususnya masyarakat dimana Raja Ali Haji itu tinggal, yaitu masyarakat Melayu. Hal ini dimungkinkan karena dominannya unsur Islam dalam kehidupan bermasyarakat di kebudayaan Melayu sebagai dampak dari lancarnya proses Islamisasi di wilayah tersebut, khususnya kepulauan Riau.

Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai makna yang terkandung di dalamnya dan Ciri-Ciri yang Terkandung Dalam Gurindam 12

1. Rangkap

Di dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi

2. Perkataan

Jumlah perkataan sebaris tidak tetap.

3. Suku Kata

Jumlah suku kata tidak tetap.

4. Rima

Rima akhir tidak tetap.

5. Maksud dari setiap pasal gurindam



PENDAPAT-PENDAPAT

· Dalam bukunya yang berjudul puisi lama St. takdir Alisyahbana memberikan keterangan tentang gurindam sebagai berikut: Gurindam biasanya terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang di bagi menjadi 2 baris bersajak.

· Dr. J.S Badudu, dalam bukunya sari kesustraan Indonesiamenjelaskan bahwa gurindam sebenarnya merupakan sebuah kalimat yang terbagi 2 dengan akhir baris berirama sama.

Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait.


MAKNA SETIAP PASAL


Pasal Pertama (1) Gurindam 12


“ Memberi nasihat tentang agama (religius) ”

Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama
  • Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan hidupnya.

Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
  • Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan manusia mula-mula. 4 tersebut adalah syari’at, tarikat, hakikat dan makrifat.

Barang siapa mengenal Allah SWT
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
  • Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan melanggar aturannya

Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
  • Orang yang tidak beragama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan Allah SWT.

Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
  • Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaat

Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
  • Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti.


Pasal Kedua (2) Gurindam 12


“ menceritakan tentang orang – orang yang meninggalkan Sembahyang, Puasa, Zakat, dan Haji beserta akibatnya"

Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
  • Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan

Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
  • Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat merupakan pegangan hidup.

Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
  • Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang itu.

Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat
  • Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah. Itupun jika di dunia hidupnya senang apabila tidak memberikan sebagian harta nya maka, hidupnya tidak akan terasa senang.

Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
  • Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam.

Pasal Ketiga (3) Gurindam 12


“ tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya ”

Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
  • Mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang oleh Allah swt

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
  • Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan

Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
  • Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
  • Jangan mengambil barang yang bukan hak kita

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
  • Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang

Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
  • Hidup harus dijalani penuh semangat

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
  • Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi


Pasal keempat (4) Gurindam 12


“tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi) ”

Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh
  • Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama

Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
  • Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri

Mengumpat dam memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
  • Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya

Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
  • Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita

Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
  • Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain

Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
  • Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain

Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
  • Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah

Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
  • Jagalah setiap perbuatan kita

Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
  • Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.

Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
  • Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf

Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
  • Jangan mengambil pekerjaan yang haram


Pasal Kelima (5) Gurindam 12


“ tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar ”

Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

  • Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia

  • Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia

  • Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya

Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu

  • Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia

Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal

  • Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersipkan bekal waktu hidp di dunia ini

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

  • Jika ingin mengetahui sift baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan masyarakat


Pasal Keenam (6) Gurindam 12


“ tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk ”

Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

  • sahabat yang setia dan dapat membantu kita

Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru

  • Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk

Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri

  • Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti

Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan

  • Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah

Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi

  • Pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.


Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12


“ berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri”

Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

  • Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampirkan duka

  • Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan

Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

  • Setiap pekerjaan harus ada persiapannya

Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih

  • Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh dewasa akan membangkan orang tua

Apabila banyak mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang

  • Jangan suka menghina orang lain

Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur

  • Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya

Apabila mendengar akan kabar
Menerimanya itu hendaklah sabar

  • Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar dan menerima dengan lapang dada

Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

  • Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain

Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut

  • Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar

Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar

  • Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah

Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar

  • Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).



Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12


“ berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang ”

Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya

  • Orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya

Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya

  • jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain

Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya

  • Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar

Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya kabar

  • Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain

Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa

  • Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat

Kejahatan diri disembunyikan
Kebajikan diri diamkan

  • Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat

Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka

  • Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadar


Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12


“ berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya ”

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan

  • Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh Allah swt, maka manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia

Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa

  • Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan

Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja

  • Jangan engkau tergoda akan kekayaan pada raja

Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda

  • Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan

  • Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut

Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat

  • Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan Allah swt, maka setan akan menjauhi orang tersebut

Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru

  • orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.


Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12


“ berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya ”

Dengan bapak jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka

  • Jangan durharka terhadap bapa

Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat

  • Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya

Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai

  • Jagalah anak karena anak merupakan titipan Tuhan

Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil

  • Bersikap adilah sesama teman


Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12


“Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa”

Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan) saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat.” (HR. Muslim).


Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas

“Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela”

Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela, yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala) hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)


Kemudian bait yang ketiga

Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat

Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)


Untuk bait yang keempat

Hendak marah dahulukan hajat

Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan, padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud)

Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah

Allah berikan kepada manusia.


Bait yang kelima

Hendak dimulai jangan melalui

Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai


Bait keenam

Hendak ramai, muliakan perangai

Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik” (HR. Abu Daud)


Makna yang terkandung dalam Pasal sebelas

“ berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat ”

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

  • Berjasalah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa

Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela

  • Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela

Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat


UPDATE Gurindam 12 Pasal 12 

Saya tidak tahu berapa banyak komentar yang menanyakan mengenai pasal 12 nya yang hilang namun tenang saja, kini sudah muncul pasal 12 nya, walaupun ini hanya sementara..
Pasal ke Duabelas (12) Gurindam 12

Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri

  • Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasama

Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

  • Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnya

Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat

  • Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia

Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

  • Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain

Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

  • Hormatilah setiap manusia

Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

  • Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah

Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

  • Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.

(Sumber Huteri)





Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama

Barang siapa tiada memegang agama,
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama.

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat



Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegaknya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudharat.

Gurindam II
Ini gurindam pasal yang kedua

Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasya.

Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.

Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

Gurindam III
Ini gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, 
daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.

Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.

Gurindam IV
Ini gurindam pasal yang keempat:

Hati itu kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.

Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,
itulah perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketor.

Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

Pekerjaan takbur jangan direpih
sebelum mati didapat juga sepih

Gurindam V
Ini gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.

Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.

Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.


Gurindam VI
Ini gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.

Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,

Gurindam VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itu tanda hampir duka.

Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.

Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.

Apabila banyak mencacat orang,
itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.

Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.

Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.

Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.

Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

Gurindam VIII
Ini gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.

Lidah suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar daripada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan,
kebajikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam IX
Ini gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.

Kepada segala hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat bergoda.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.


Gurindam X
Ini gurindam pasal yang kesepuluh:

Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.

Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.

Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.

Dengan kawan hendaklah adil 
supaya tangannya jadi kafill.


Gurindam XI
Ini gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa.
Hendak jadi kepala, buang perangai yang cela.

Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.

Hendak marah, dahulukan hujah.
Hendak dimalui, jangan memalui.

Hendak ramai,
murahkan perangai.


Silakan kunjungi laman kami : Lazismu Jaktim Life


Anda mau membayar zakat ? Bisa menghubungi : 

Lazismu Jakarta Timur menerima dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui nomor rekening : 0001881293 Bank Muamalat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar